Selayang Pandang Kota Angin Mammiri

Sejarah Kota Makassar

Awal Kota dan bandar makassar berada di muara sungai Tallo dengan pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Sumber-sumber Portugis memberitakan, bahwa bandar Tallo itu awalnya berada dibawah Kerajaan Siang di sekitar Pangkajene, akan tetapi pada pertengahan abad XVI, Tallo bersatu dengan sebuah kerajaan kecil lainnya yang bernama Gowa, dan mulai melepaskan diri dari kerajaan Siang, yang bahkan menyerang dan menaklukan kerajaan-kerajaan sekitarnya. Akibat semakin intensifnya kegiatan pertanian di hulu sungai Tallo, mengakibatkan pendangkalan sungai Tallo, sehingga bandarnya dipindahkan ke muara sungai Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh para ningrat Gowa-Tallo yang kemudian membangun pertahanan benteng Somba Opu, yang untuk selanjutnya seratus tahun kemudian menjadi wilayah inti Kota Makassar.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa XVI ini didirikan pula Benteng Rotterdam di bagian utara, Pemerintahan Kerajaan masih dibawah kekuasaan Kerajaan Gowa, pada masa itu terjadi peningkatan aktifitas pada sektor perdagangan lokal, regional dan Internasional, sektor politik serta sektor pembangunan fisik oleh kerajaan. Masa ini merupakan puncak kejayaan Kerajaan Gowa, namun selanjutnya dengan adanya perjanjian Bungaya menghantarkan Kerajaan Gowa pada awal keruntuhan. Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal Timur Tengah, India dan Cina di Nusantara Barat. Dari laporan Saudagar Portugal maupun catatan-catatan lontara setempat, diketahui bahwa peranan penting Saudagar Melayu dalam perdagangannya yang berdasarkan pertukaran surplus pertanian dengan barang-barang impor itu. Dengan menaklukkan kerajaan¬kerajaan kecil disekitarnya, yang pada umumnya berbasis agraris pula, maka Makassar meningkatkan produksi komoditi itu dengan berarti, bahkan, dalam menyerang kerajaan-kerajaan kecil tainnya, para ningrat Makassar bukan hanya menguasai kawasan pertanian lawan-tawannya itu, akan tetapi berusaha pula untuk membujuk dan memaksa para saudagar setempat agar berpindah ke Makassar, sehingga kegiatan perdagangan semakin terkonsentrasi di bandar niaga baru itu.
Dalam hanya seabad saja, Makassar menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100.000 orang (dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia Pada zaman itu jumlah penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai sekitar 60.000 orang) yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Perkembangan bandar Makasar yang demikian pesat itu, berkat hubungannya dengan perubahan¬-perubahan pada tatanan perdagangan internasional masa itu. Pusat utama jaringan perdagangan di Malaka, ditaklukkan oleh Portugal pada tahun 1511, demikian di Jawa Utara semakin berkurang mengikuti kekalahan armada lautnya di tangan Portugal dan pengkotak-kotakan dengan kerajaan Mataram. Bahkan ketika Malaka diambil-alih oleh Kompeni Dagang Belanda VOC pada tahun 1641, sekian banyak pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar.
Sampai pada pertengahan pertama abad ke-17, Makassar berupaya merentangkan kekuasaannya ke sebagian besar Indonesia Timur dengan menaklukkan Pulau Selayar dan sekitarnya, kerajaan-kerajaan Wolio di Buton, Bima di Sumbawa, Banggai dan Gorontalo di Sulawesi bagian Timur dan Utara serta mengadakan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di Seram dan pulau-pulau lain di Maluku. Secara internasional, sebagai salah satu bagian penting dalam Dunia Islam, Sultan Makassar menjalin hubungan perdagangan dan diplomatik yang erat dengan kerajaan¬-kerajaan Banten dan Aceh di Indonesia Barat, Golconda di India dan Kekaisaran Otoman di Timur Tengah.

Hubungan Makassar dengan Dunia Islam diawali dengan kehadiran Abdul Ma'mur Khatib Tunggal atau Dato' Ri Bandang yang berasal dari Minangkabau Sumatera Barat yang tiba di Tallo (sekarang Makassar) pada bulan September 1605. Beliau mengislamkan Raja Gowa ke-XIV I¬MANGNGARANGI DAENG MANRABIA dengan gelar SULTAN ALAUDDIN (memerintah 1593-1639), dan dengan Mangkubumi I- MALLINGKAANG DAENG
MANYONRI KARAENG KATANGKA yang juga sebagai Raja Tallo. Kedua raja ini, yang mulai memeluk Agama Islam di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 9
Nopember 1607, tepatnya hari Jum’at, diadakanlah sembahyang Jum’at pertama di Mesjid Tallo dan dinyatakan secara resmi penduduk Kerajaan Gowa-Tallo tetah memeluk Agama Islam, pada waktu bersamaan pula, diadakan sembahyang Jum’at di Mesjid Mangallekana di Somba Opu. Tanggal inilah yang selanjutnya diperingati sebagai hari jadi kota Makassar sejak tahun 2000, yang sebelumnya hari jadi kota Makassar jatuh pada tanggal 1 April.
Para ningrat Makassar dan rakyatnya dengan giat ikut dalam jaringan perdagangan internasional, dan interaksi dengan komunitas kota yang kosmopolitan itu me¬nyebabkan sebuah "creative renaissance" yang menjadikan Bandar Makassar salah satu pusat ilmu pengetahuan terdepan pada zamannya. Koleksi buku dan peta, sesuatu yang pada zaman itu masih langkah di Eropa, yang terkumpul di Makassar, konon merupakan salah satu perpustakaan ilmiah terbesar di dunia, dan para sultan tak segan-segan memesan barang-barang paling mutakhir dari seluruh pelosok bumi, termasuk bola dunia dan teropong terbesar pada waktunya, yang dipesan secara khusus
dari Eropa. Ambisi para pemimpin Kerajaan Gowa-Tallo untuk semakin memper-luas wilayah kekuasaan serta persaingan Bandar Makassar dengan Kompeni Dagang Belanda VOC berakhir dengan perang paling dahsyat dan sengit yang pernah dijalankan Kompeni. Pasukan Bugis, Belanda dan sekutunya dari Ternate, Buton dan Maluku memerlukan tiga tahun operasi militer di seluruh kawasan Indonesia Timur. Baru pada tahun 1669, akhirnya dapat merata-tanahkan kota Makassar dan benteng terbesarnya, Somba Opu.
Bagi Sulawesi Selatan, kejatuhan Makassar di tangan federasi itu merupakan sebuah titik balik yang berarti Bandar Niaga Makassar menjadi wilayah kekuasaan VOC, dan beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dengan ketat kegiatan pelayaran antar-pulau Gowa-Tallo dan sekutunya. Pelabuhan Makassar ditutup bagi pedagang asing, sehingga komunitas saudagar hijrah ke pelabuhan-pelabuhan lain.
Pada beberapa dekade pertama setelah pemusnahan kota dan bandar Makassar, penduduk yang tersisa membangun sebuah pemukiman baru di sebelah utara bekas Benteng Ujung Pandang; benteng pertahanan pinggir utara kota lama itu pada tahun 1673
ditata ulang oleh VOC sebagai pusat pertahanan dan pemerintahan dan diberi nama barunya Fort Rotterdam, dan 'kota baru' yang mulai tumbuh di sekelilingnya itu dinamakan 'Vlaardingen'. Pemukiman itu jauh lebih kecil daripada Kota Raya Makassar yang telah dihancurkan. Pada dekade pertama seusai perang, seluruh kawasan itu dihuni tidak lebih 2.000 jiwa; pada pertengahan abad ke-18 jumlah itu meningkat menjadi sekitar 5.000 orang, setengah di antaranya sebagai budak.
Selama dikuasai VOC, Makassar menjadi sebuah kota yang tertupakan. “Jan Kompeni” maupun para penjajah kolonial pada abad ke-19 itu tak mampu menaklukkan jazirah Sulawesi Selatan yang sampai awal abad ke-20 masih terdiri dari selusinan kerajaan kecil yang independen dari pemerintahan asing, bahkan sering harus mempertahankan diri terhadap serangan militer yang ditancurkan kerajaan-kerajaan itu. Maka, 'Kota Kompeni' itu hanya berfungsi sebagai pos pengamanan di jalur utara perdagangan rempah-rempah tanpa hinterland - bentuknya pun bukan 'bentuk kota', tetapi suatu aglomerasi kampung-kampung di pesisir pantai sekeliling Fort Rotterdam.
Pada awalnya, kegiatan perdagangan utama di beras Bandar Dunia ini adalah pemasaran budak serta menyuplai beras kepada kapal¬kapal VOC yang menukarkannya dengan rempah-rempah di Maluku. Pada tahun 30-an di abad ke-18, pelabuhan Makassar dibuka bagi kapal-kapal dagang Cina. Komoditi yang dicari para saudagar Tionghoa di Sulawesi, pada umumnya berupa hasil laut dan hutan seperti teripang, sisik penyu, kulit kerang, sarang burung dan kayu cendana, sehingga tidak dianggap sebagai langganan dan persaingan bagi monopoli jual-beli rempah-rempah dan kain yang didirikan VOC.
Sebaliknya, barang dagangan Cina, Terutama porselen dan kain sutera, dijual para saudagarnya dengan harga yang lebih murah di Makassar daripada yang bisa didapat oleh pedagang asing di Negeri Cina sendiri. Adanya pasaran baru itu, mendorong kembali aktivitas maritim penduduk kota dan kawasan Makassar. Terutama penduduk pulau-pulau di kawasan Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari teripang, komoditi utama yang dicari para pedagang Cina, dengan menjelajahi seluruh Kawasan Timur Nusantara untuk men¬carinya; bahkan, sejak pertengahan abad ke-18 para
nelayan-pelaut Sulawesi secara rutin berlayar hingga pantai utara Australia, di mana mereka tiga sampai empat bulan lamanya membuka puluhan lokasi pengolahan teripang. Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah Kota Makassar.
Setetah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menggantikan kompeni perdagangan VOC yang bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan kenaikan volume perdagangan yang pesat, dan kota Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater menjadi kembali suatu bandar internasional.
Dengan semakin berputarnya roda perekonornian Makassar, jumlah penduduknya meningkat dari sekitar 15.000 penduduk pada pertengahan abad ke-19 menjadi kurang lebih 30.000 jiwa pada awal abad berikutnya. Makassar abad ke-19 itu dijuluki "kota kecil terindah di seluruh Hindia-Belanda" (Joseph Conrad, seorang penulis Inggris-Potandia terkenal),dan menjadi salah satu port of call utama bagi baik para pelaut-pedagang Eropa, India dan Arab dalam pemburuan hasil-hasil hutan yang amat laku di pasaran dunia maupun perahu-perahu pribumi yang beroperasi di antara Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Pada awal abad ke-20, Belanda akhirnya menaklukkan daerah¬daerah independen di Sulawesi, Makassar dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Indonesia Timur. Tiga-setengah dasawarsa Neerlandica, kedamaian di bawah pemerintahan kolonial itu adalah masa tanpa perang paling lama yang pernah dialami Sulawesi Selatan, dan sebagai akibat ekonominya berkembang dengan pesat. Penduduk Makassar dalam kurun waktu itu meningkat sebanyak tiga kali lipat, dan wilayah kota diperluas ke semua penjuru. Dideklarasikan sebagai Kota Madya pada tahun 1906, Makassar tahun 1920-an adalah kota besar kedua di luar Jawa yang membanggakan dirinya dengan sembilan perwakilan asing, sederetan panjang toko di tengah kota yang menjual barang-barang mutakhir dari seluruh dunia dan kehidupan sosial-budaya yang dinamis dan kosmopolitan.
Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indo¬nesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadi¬kannya kembali sebuah kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar-pun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca¬ revolusi. Antara tahun 1930-an sampai tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 175.77 km.


Bugis Water Park Adventure, Wahana Rekreasi Bernuansa Lokal Berkelas Dunia.



Welcome to Bugis Water Park
MediaKalla.Com – Suku Bugis sejak dahulu dikenal melalui  peradabannya yang kaya. Peradaban tersebut terlihat dalam hal upacara adat, kesenian, etika dan peninggalan peninggalan budaya yang lain. Namun dewasa ini, ada fenomena yang mengkhawatirkan ditengah masyarakat kita. Tidak hanya suku Bugis tapi juga hampir disetiap komunitas masyarakat di Indonesia. Bahwasanya pengaruh globalisasi yang dewasa ini semakin menggurita mengancam eksistensi budaya Bugis. Tanpa ada upaya pelestarian, tampaknya nilai nilai luhur suku Bugis hanya akan tinggal cerita dimasa depan.
Inilah yang melatarbelakangi pendirian Wahana Rekreasi Bugis Water Park Adventure. Sebuah wahana rekreasi yang berusaha menggabungkan konsep nilai nilai luhur Bugis dengan konsep modern. Hal ini terlihat pada tiga zona utama di Bugis Water Park yang menggunakan bahasa Bugis yaitu, Alabuang (Pelabuhan), Kampong Rilau (Desa Nelayan) dan Goa Batu Kalibampa (Goa Batu dan Kupu Kupu). Selain itu, sejumlah wahana juga diberi nama Bahasa Bugis seperti Matanre (freefall), Pipa Wae (Aquatube), Mattulili (bodyslide), Mapettang (blackhole), Malippuno (rafting slide), Tappasorong (multislide), Wae Massolo (kolam arus), Kollang Piji’ (whirlpool), Kolllang Ana’ Ana’ (kidspool) dan Kollang To’loppo (main pool). Selain pemberian nama semua tempat dengan Bahasa Bugis, PT. Baruga  Asrinusa Development sebagai pengembang juga akan membangun toko merchandise  souvenir khas Bugis Water Park.

Wahana Rekreasi Air Kelas Dunia
 
Bugis Water Park Adventure di proyeksikan bukan hanya menjadi wahana rekreasi lokal tapi juga sebagai salah satu yang terbesar dikawasan Indonesia Timur yang memiliki reputasi dunia. Oleh karena itu sejak awal pembangunannya, PT. Baruga Asrinusa telah menggandeng penyedia alat dan teknologi permainan air kelas dunia, Polin Water Park and Pool System yang berbasis di Turki. Perusahaan ini, menurut Marketing Manager Bugis Water Park Adventure Erni Asaad merupakan pabrik penyedia teknologi water park yang telah menangani proyek serupa disejumlah negara di dunia. Sebagai bukti, Polin telah menangani water park di 7 negara di benua Amerika, 730 proyek di 33 negara Eropa, 150 proyek di 10 negara di Afrika  dan 95 proyek di 25 negara di Asia dan Australia.
Kerja sama dengan Polin ini dipastikan menjadikan wahana Bugis Water Park memiliki sistem peralatan teknologi dan peralatan yang berstandar internasional. Bahkan untuk memastikan alat dan teknologi yang dipasang benar benar aman buat pengunjung, PT. Baruga telah mendatangkan lima orang supervisor langsung dari Polin Turki untuk mengawasi proses pemasangan alat tersebut. Inilah yang membedakan wahana rekreasi ini dengan yang ada sebelumnya. Bahwa Bugis Water Park Adventure benar benar berkelas dunia.

Fasilitas
 
Ada sekitar 10 wahana permainan air dan fasilitas pendukung telah disiapkan untuk mendukung kenyamanan pengunjung Bugis Water Park Adventure. Secara keseluruhan, wahana permainan ini 90% telah rampung dan sisanya akan segera rampung sebelum peresemiannya pada tanggal 27 Mei 2012  bertepatan tanggal Hari Ulang Tahun Bukit Baruga yang ke-20.
Ke 10 wahana tersebut  yakni free fall, aqua tube, body slide, black hole, rafting slide, multi slide, kolam arus, whirl pool, kids pool dan main pool. Semua wahana ini terbagi dalam tiga bagian utama yakni Pelabuhan, Desa Nelayan dan Goa Batu.
Beberapa fasilitas pendukung yang akan melengkapi wahana ini antara lain bar and lounge untuk memesan minuman, kamar ganti yang dilengkapi handuk, aqua duck, dan ban/pelampung. Khusus untuk ban pengunjung harus menyewanya. Namun jangan khawatir soal harga, sangat reasonable untuk sebuah tempat rekreasi di tengah kota. Bahkan bagi pengunjung yang datang secara rombongan akan mendapatkan diskon khusus.
Tempat Yang Pas Untuk Berbagai Acara Rekreasi
 
Selain sebagai ikon baru rekreasi air di Makassar, Bugis Water Park juga dipersiapkan sebagai tempat pelaksanaan berbagai acara keluarga (family gathering) maupun sebagai tempat rekreasi dengan sesame rekan bisnis (corporate gathering). Bahkan untuk acara acara kumpul kumpul kalangan pelajar dan mahasiswa pun sangat pas. Intinya, setiap kalangan atau komunitas yang ingin having fun (bersenang senang), tempat sangat layak direkomedasikan. Bahkan ada paket spesial dari pengelola untuk setiap mereka yang datang beserta rombongan. Program promosi ini diharapkan akan meramaikan Bugis Water Park.

Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar

PLUR : Pada kesempatan kali ini saya mau share tentang obyek wisata yang berada di kota makassar yang patut anda kunjungi bila berada ke kota makassar. Jika anda tidak dapat berlama-lama di makassar dan tidak sempat untuk mengunjungi obyek wisata yang keren lainnya seperti, obyek wisata dikabupaten tana toraja, pemandian alam air panas lejja kabupaten soppeng, pantai pasir putih tanjung bira kabupaten bulukumba, dll. Tapi masih banyak tempat-tempat menarik yang dapat anda kunjungi yang berada di kota makassar seperti obyek wisata yang ada dibawah ini;
:: Pantai Losari ::

Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Pantai Losari merupakan icon Kota Makassar. Pantai ini dulunya merupakan pantai dengan meja terpanjang di dunia, karena warung-warung tenda yang berjejer di sepanjang tanggul pantai. Namun saat ini warung-warung tersebut telah direlokasi ke tempat yang tidak jauh dari kawasan wisata. Pemerintah Kota Makassar telah memperindah pantai ini dengan membuat anjungan, sehingga lebih bersih dan nyaman untuk dikunjungi. Di sekitar pantai ini terdapat banyak kafe-kafe dan restoran yang menyajikan makanan laut yang masih segar. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati makanan khas Kota Makassar, seperti pisang epek, pisang ijo, coto Makassar, sop konro, dan lain sebagainya. Disepanjang pantai banyak juga terdapat penginapan, baik hotel kelas melati sampai hotel berbintang. Terdapat juga rumah sakit dan pusat perbelanjaan emas serta kerajinan/souvenir khas Makassar. Lokasi pantai ini terletak di Jantung Kota Makasar, yaitu di Jalan Penghibur sebelah barat Kota Makassar.
:: Fort Rotterdam ::

Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Fort Rotterdam ini awalnya dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa X dengan nama Benteng Ujung Pandang. Di dalamnya terdapat rumah panggung khas Gowa di mana Raja dan keluarganya tinggal. Pada saat Belanda menguasai are Banda dan Maluku, mereka mutuskan untuk manaklukkan Kerajaan Gowa agar armada dagang VOC dapat masuk dan merapat dengan mudah di Sulawesi. Dalam usahanya menaklukkan Gowa, Belanda menyewa pasukan dari Maluku. Selama setahun lebih Benteng digempur, akhirnya Belanda berhasil masuk serta menghancurkan rumah Raja dan seisi Benteng. Pihak Belanda memaksa sultan Hasanuddin untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667, dimana salah satu pasal dalam perjanjian tersebut mewajibkan Kerajaan Gowa menyerahkan Benteng kepada Belanda.
Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Setelah Benteng diserahkan kepada Belanda, Benteng kembali dibangun dan ditata sesuai dengan arsitektur Belanda kemudian namanya diubah menjadi Ford Rotterdam. Benteng ini kemudian digunakan sebagai pusat pemerintahan   dan penampungan rempah-rempah di Wilayah Indonesia Timur. Pada masa penjajahan Jepang, Benteng ini difungsikan sebagai pusat studi pertanian dan bahasa. Kemudian TNI dijadikan sebagai pusat komando. Dan sekarang Benteng ini menjadi pusat kebudayaan dan seni.
Di dalam Benteng ini terdapat beberapa ruang tahanan/penjara yang salah satunya digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Selain itu, terdapat juga sebuah gereja peninggalan Belanda dan Meseum La Galigo yang menyimpan kurang lebih 4.999 koleksi. Koleksi tersebut meliputi koleksi prasejarah, numismatic, keramik asing, sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi Etnografi ini terdiri dari berbagai jenis hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar, da Toraja. Saat ini, selain sebagai tempat wisata bersejarah, Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan Sulawesi Selatan.
:: Benteng Somba Opu ::
Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Benteng Somba Opu dibangun pada tahun 1525 oleh Sultan Gowa ke IX. Benteng ini merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah yang ramai dikunjungi pedagang dari Asia dan Eropa. Pada tahun 1669, benteng ini dikuasai oleh VOC kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Tahun 1980-an, benteng ini ditemukan kembali oleh sejumlah ilmuawan. Dan pada tahun 1990, benteng ini direkonstruksi sehingga tampak lebih baik. Kini, Benteng Somba Opu menjadi sebuah objek wisata bersejarah di Kota Makassar yang di dalamnya terdapat beberapa bangunan rumah adat Sulawesi Selatan yang mewakili suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Selain itu, terdapat juga sebuah meriam dengan panjang 9 m dan berat 9.500 kg serta sebuah museum yang berisi benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Gowa.
:: Pulau Samalona ::

Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Pulau Samalona merupakan wilayah Kota Makassar yang luasnya sekitar 2,34 hektar. Pulau ini merupakan salah satu objek wisata bahari yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Kawasan pulau ini sangat bagus utuk menyelam, karena di sekelilingnya terdapat karang-karang laut yang dihuni beraneka ragam ikan tropis dan biota laut lainnya. Pulau ini berjarak sekitar 6,8 Km dari Kota Makassar yang dapat ditempuh sekitar 20 – 30 menit dengan menggunakan speed boot. Di lokasi ini juga terdapat beberapa penginapan sederhana berbentuk rumah panggung yang dapat menampung sekitar 20 orang. Selain itu, tersedia juga beberapa warung makanan yang menyediakan aneka ragam seafood segar.
:: Pulau Khayangan ::

Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Indahnya menyaksikan gemerlap Kota Makassar malam hari dari Pulau Kayangan. Pulau ini memiliki fasilitas yang memadai. Hotel, restoran, hiburan, arena bermain membuat liburan di pulau ini terasa menyenangkan. Pulau Kayangan merupakan pulau terdekat dari daratan Kota Makassar. Jaraknya hanya 2 mil (sekitar 3 kilometer) dari pesisir Pantai Makassar.
Ini adalah sebuah pulau kecil yang luasnya hanya sekitar 1 hektar. Pesisir sebelah barat pulau menghadap ke laut lepas Selat Makassar. Sementara pesisir timur menghadap Kota Makassar, tepatnya berhadapan dengan Pelabuhan Makassar. Tidak ada penduduk di pulau ini. Dua pemandangan yang kontras hadir. Jika berada di pesisir timur, biru laut ditingkahi kerimbunan pulau-pulau kecil, dan sunset sore hari menjadi panorama menakjubkan. Sementara jika berada di pesisir timur, terlihat kesibukan Pelabuhan Makassar dengan kapal-kapal besar. Pada malam hari, gemerlap lampu menjadi pemandangan mempesona.
Obyek Wisata Yang Ada Di Kota Makassar
Wisatawan bukan hanya dapat bercengkrama di pasir putih, melainkan dapat juga berenang di laut. Memancing dan berolahraga air seperti jetski atau snorkeling menjadi keasyikan di sisi lain dari pulau ini. Pulau ini juga memiliki sejumlah aquarium yang berisi aneka ragam ikan laut hias. Pulau Kayangan cukup sempurna disebut sebagai pulau wisata. Penginapan (cottage) di sana dikelola oleh manajemen hotel berbintang empat di Makassar. Karenanya memiliki fasilitas berkelas hotel. Lengkap dengan restoran, panggung hiburan, meeting room, dan fasilitas olehraga.
Pulau Kayangan dapat diakses dengan mudah dengan perahu motor reguler (roro). Dermaga ke Pulau Kayangan terletak di Jl Ujungpandang, tepatnya di depan Benteng Rotterdam. Perjalanan ke pulau ini hanya memakan waktu 15 menit.
Itulah tempat-tempat yang menarik dikunjungi yang ada dikota makassar, semoga bermanfaat buat teman-teman semua yang belum mengenal tempat tersebut.
Sekian dan terima kasih
- See more at: http://chapoenkplur.blogspot.com/2013/08/obyek-wisata-yang-ada-di-kota-makassar.html#sthash.zj0uz28w.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar